dalam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal 1445 H.
Rabiul Awal merupakan bulan suka cita penduduk langit dan bumi. Tepat tanggal 12 Rabiul Awal, Baginda agung Muhammad SAW lahir ke dunia. Abdur Rohman bin Ali bin Muhammad ad-Dibai dalam kitabnya menerangkan bahwa ‘Arsy berguncang penuh suka cita dan gembira. Langit kala itu penuh dengan cahaya, Penduduk langit bergemuruh tatkala Manusia mulia ini lahir, tahlil, tamjid (pengagungan) dan istighfar mengisi ruang-ruang kosong alam malakut.
Di rumah sederhana itu, penutup para Nabi lahir kedua. Dari rahim seorang ibu yang suci, ditemani Sayyidah Maryam (Ibunda Nabi Isa AS) dan Sayyidah Asiyah beserta para bidadari surga datang mengiringi, keterangan ini terdapat dalam Kitab Simthu ad-Dhuror karya Habib Ali bin Muhammad bin Husein Alhabsyi.
Abu Lahab, salah satu dari Paman Nabi ketika mendengar istri saudaranya lahir seketika itu Tsuwaibah budak yang mengabarkan kabar gembira tersebut langsung dimerdekakan. Abu Lahab tak henti-hentinya meneriakkan kata pujian atas kelahiran keponakannya itu. Tak berhenti disitu, tetangga dan teman-temannya segera ia undang ke rumah untuk merayakan kelahiran keponakan barunya itu.
Hari ini, penduduk bumi merayakan penuh suka cita, penuh kegembiraan ketika sudah memasuki bulan Rabiul awal. Meski begitu, masih banyak orang-orang yang menganggap perayaan tersebut sebagai bid’ah.
Dengan hanya hafal hadist
كل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
Didepan laptop yang masih menyala, ia membid’ahkan perayaan agung ini. Di anggap tradisi baru yang tidak pernah di amalkan Salafussholih serta berpotensi melunturkan tauhid umat Islam karena takut serupa dengan orang non muslim, katanya.
Para Ulama’ banyak membagi bid’ah dengan bid’ah yang baik dan yang buruk. Selain itu banyak ditemukan bid’ah yang bermacam pula contoh pendapat Imam Nawawi yang membagi bid’ah menjadi Mandub, haram, makruh dan mubah. Imamuna Syafi’i membagi bid’ah sendiri menjadi dua bid’ah mahmudah dan madzmumah.
قال الإمام الشافعي- رحمه الله -: البدعة بدعتان: بدعة محمودة، وبدعة مذمومة، فما وافق السنة، فهو محمود، وما خالف السنة، فهو مذموم.
“Bid’ah ada dua, bid’ah yang terpuji dan yang tercela. Bid’ah yang sesuai dengan sunnah (syariat) adalah bid’ah yang terpuji. Sedangkan yang menyelisihi sunnah adalah bid’ah tercela”
Sampai hari ini, Perayaan Maulid Nabi sesuai dengan syariat, maksudnya tidak ada hal yang menyalahi syariat dalam perayaannya. Bid’ah karena memang adalah hal baru, tapi perlu diingat hal yang baru dan baik serta tidak menyalahi syariat, bid’ah mahmudah (terpuji) namanya.
Kegembiraan atas lahir Nabi Muhammad SAW membawa berkah bagi Abu Lahab, seperti yang telah diceritakan diatas. Dalam sebuah riwayat dari Imam Suyuthi yang terdapat dalam kitab Arfu At-ta’rif Maulidissyarif, beliau berkata: “Saya melihat Imam Qurra Hafidz Syamsuddin ibnu Al-Zajari mengatakan,
قد رؤي أبو لهب بعد موته في النوم، فقيل له ما حالك؟ فقال: في النار، إلا أنه يخفف عني كل ليلة اثنين، وأمص بين أصبعي ماء بقدر هذا -وأشار لرأس أصبعه- وأن ذلك بإعتاقي لثويبة، عندما بشرتني بولادة النبي صلى الله عليه وسلم وبإرضاعها له.
Sungguh keadaan Abu Lahab telah diperlihatkan (kepada Abbas bin Abdul Muthalib) dalam mimpinya setelah ia wafat, dan dikatakan kepadanya, “Bagaimana keadaanmu?”
Ia menjawab, “Aku berada di neraka terkecuali jika hari Senin tiba, maka Allah akan meringankan azabku. Aku akan meminum air yang keluar dari kedua belah jariku (dan ia mengisyaratkan dengan ujung jarinya) dan hal itu terjadi karena aku telah memerdekakan hamba sahayaku Tsuwaibah di saat sampainya kabar gembira kepadaku atas kelahiran Nabi Muhammad SAW dan (Tsuwaibah) termasuk orang yang menyusuinya.
Apa kita tidak mau belajar cinta dari cerita Abu Lahab?
KH. Marzuki Mustamar dalam karangannya kitab Muqtathofat Li Ahli Hidayah mengatakan bahwa Abu Lahab diringankan siksanya setiap hari senin, hari dimana Nabi Muhammad dilahirkan, hari dimana Abu Lahab bergembira dan memerdekakan budaknya atas rasa syukur atas kelahiran keponakannya.
فقد جاء في البخاري أنه يخفف عن أبي لهب كل يوم الاثنين بسبب عتقه لثويبة جاريته لما بشرته بولادة المصطفى صلي الله عليه وسلم.
Cerita tersebut masyhur dan sering menjadi pedoman bagi orang yang merayakan kelahiran Nabi Muhammad dengan gembira. Padahal Abu Lahab adalah musuh Nabi, penentang Nabi bahkan namanya abadi dalam Al-Qur’an karena di laknat oleh Allah SWT.
Apa kita tidak mau belajar cinta dari cerita Abu Lahab?
Al-Habib Umar bin Hafidz dalam kitab Adh Dhiya’ul Lami’ menuliskan:
قد بشرت ثويبة سيدها أبا لهاب أعتقها فرحانا
Dan ketika Tsuwaibah menyampaikan berita kepada tuannya (Abu Lahab) tentang kelahiran Muhammad SAW.
Maka Abu Lahab memerdekakannya sebagai tanda kegembiraannya
لم ينس خالقنا فرحته بالمصطفى وبهذا الحديث أتانا
Tidaklah Tuhan Yang Maha Pencipta lupa akan kegembiraan hati (Abu Lahab).
Dengan kelahiran Musthofa SAW. sebagaimana dinyatakan di dalam hadits (Riwayat Abbas bin Abdul Muthalib RA dalam Shahih Muslim)
أن العذاب مخفف في كل إثنين لفرحته بمن وافانا
Bahwa siksaan Abu Lahab diringankan pada setiap hari senin.
Atas kegembiraannya dengan kelahiran junjungan kami (Nabi Muhammad SAW.)
هذا مع الكفر فكيف بفرحة من ذي فؤاد إمتلا إيمانا
Ini adalah anugerah Allah SWT terhadap kafir yang gembira dengan kelahiran Nabi SAW.
Maka bagaimana halnya dengan seorang yang hatinya penuh dengan keimanan?
Sekali lagi, apa kita tidak mau belajar cinta dari cerita Abu Lahab?
Fathur Rozak – Wakil Ketua III PC PMII Pasuruan