Rabu wekasan atau Rabu pungkasan adalah Rabu terakhir di Bulan Shafar, pemungkas atau penutup dibulan shafar sebelum masuk bulan rabiul awal. Bulan Shafar adalah bulan ke dua dalam penanggalan Hijriyah. Rabu terakhir di bulan kedua penanggalan Hijriyah inilah terkenal dengan Rabu wekasan atau Rabu kesialan. Apa benar Rabu wekasan adalah Rabu kesialan?
Masyarakat memahami bahwa Rabu wekasan adalah Rabu kesialan, Rabu yang penuh bala’ dan bahaya. Dari pandangan tersebut tak jarang kita akan menjumpai tradisi-tradisi ibadah Masyarakat dengan tujuan terhindar dari kesialan-kesialan tersebut
Sejatinya Rabu Wekasan adalah pengejawantahan dari keyakinan yang diperoleh oleh seorang Sufi yang kasyaf yang menyakini bahwa di hari Rabu terakhir bulan shafar ada 320 ribu bala’ yang turun untuk setahun. Keterangan ini dijelaskan dalam Kitab Kanzun Najah Was Surur.
Lalu, apakah anggapan Rabu wekasan adalah Rabu sial? Pada dasarnya dalam islam tidak ada istilah hari sial, bulan sial atau waktu yang menjadi penyebab kesialan atau keberuntungan. Kesialan dan keberuntungan sejatinya bergantung kepada kehendak Allah SWT, bukan selalain-Nya atau pada bulan dan hari tertentu.
Islam mengajarkan bahwa nasib baik atau keberuntungan dan nasib buruk atau sial adalah ketetapan Allah SWT dan datang dari-Nya. Dan Islam mengajarkan untuk selalu berbaik sangka dengan suatu apapun, berbaik sangka kepada Allah SWT.
Dalam urusan ibadah dan meminta perlindungan dari marabahaya kepada Allah SWT, tidak perlu menunggu momen tertentu. Apalagi di momen Rabu “sial” ini meminta perlindungan kepada Allah SWT namun setelah berganti momen dan waktu lupa berdoa dan meminta pertolongan Allah SWT. Selagi masih hidup, masih bernyawa kita harus beribadah, berdoa dan meminta perlindungan kepada Allah SWT.